Saya masih ingat betul waktu pertama kali nonton Persipura main di TV. Suasananya beda. Bukan cuma karena warna merah-hitamnya yang garang, tapi auranya… ya, auranya itu loh. Ada semacam kebanggaan Sports yang nggak bisa dijelaskan. Kayak nonton tim yang tahu mereka punya misi lebih dari sekadar menang—mereka mewakili tanah, budaya, dan harga diri Papua.
Keberadaan Persipura di Liga Indonesia: Turun, tapi Gengsi Tak Pernah Luntur
Sekarang kalau ngomongin keberadaan Persipura Jayapura di liga Indonesia, jujur aja, banyak yang langsung inget masa kejayaan mereka di Liga Super Indonesia (LSI) dulu. Tahun 2005, 2008–09, 2010–11, dan 2013 mereka angkat trofi. Tapi, beberapa tahun terakhir, ya memang agak berat. Tahun 2022 lalu mereka sempat degradasi dari Liga 1 ke Liga 2. Bukan karena kurang bagus, tapi sistem kompetisi, manajemen, dan banyak faktor lain yang bikin mereka sempat goyah wikipedia.
Tapi gini ya, yang namanya tim besar tuh bukan cuma soal posisi klasemen. Meskipun Persipura sekarang sedang berjuang di Liga 2, tapi aura mereka masih kayak tim Liga Champions-nya Indonesia. Tiap kali ada laga, apalagi di Papua, atmosfernya luar biasa. Lawan pun nggak bisa santai—main lawan Persipura tuh selalu jadi tantangan.
Dan yang bikin salut, walau sempat kena badai, Persipura bukannya tenggelam. Mereka berbenah. Dari manajemen sampai pemain muda, semuanya mulai dibentuk lagi dengan mental pejuang. Mereka sadar, main di Liga 2 itu bukan akhir. Justru awal untuk balik dan membuktikan kalau Mutiara Hitam masih bersinar terang.
Kenapa Persipura Selalu Jadi Ancaman? Karena Mereka Main dengan Hati
Kalau kamu belum pernah nonton langsung Persipura main, kamu belum tahu apa itu sepak bola dengan jiwa. Anak-anak Papua tuh main bola kayak napas mereka. Nggak dilebih-lebihkan. Mainnya cepat, ngotot, tapi juga artistik. Kaki-kaki mereka bisa aja lincah kayak penari, tapi juga bisa jadi monster di tengah lapangan.
Saya pernah ngobrol sama pelatih sepak bola amatir yang pernah ngelatih anak-anak Papua. Katanya, “Mas, anak Papua itu nggak perlu diajarin basic teknik, mereka udah lahir dengan itu. Yang penting disiplin sama kerja sama tim.” Dan itu yang kelihatan dari Persipura.
Mereka bukan tim yang cuma andalkan satu bintang. Mereka punya chemistry yang kuat antar pemain, apalagi kalau main di kandang sendiri. Suporter mereka fanatik banget, bikin lawan tegang dari awal sampai akhir.
Lagian, siapa yang bisa lupa sama gaya main Boaz Solossa waktu masih aktif-aktifnya? Itu pemain legenda. Kayak Cristiano Ronaldo-nya Indonesia kalau menurut saya. Dan Persipura bukan cuma Boaz. Banyak talenta lain seperti Ian Kabes, Yustinus Pae, sampai yang baru-baru ini muncul seperti Ramai Rumakiek. Itu jadi bukti kalau mereka selalu punya stok talenta.
Apa yang Membuat Persipura Kuat? Lebih dari Sekadar Taktik
Kalau saya bilang satu kata: komunitas. Yap. Persipura itu kuat karena mereka bukan cuma klub sepak bola. Mereka adalah representasi masyarakat Papua. Mungkin terdengar klise, tapi mereka memang bawa beban harapan banyak orang. Dari anak-anak yang main bola di pinggir lapangan tanah sampai warga yang nonton bareng di warung kopi, semua dukung mereka sepenuh hati.
Dukungan ini tuh bikin semangat pemain meledak-ledak. Saya ingat satu pertandingan, lupa lawannya siapa, waktu itu mereka tertinggal 2-0 sampai babak pertama. Tapi di babak kedua, mereka balik keadaan jadi 3-2. Dan komentatornya bilang, “Ini bukan cuma pertandingan, ini perjuangan hidup dan mati buat mereka.” Merinding, beneran.
Dan satu lagi, Persipura itu klub yang banyak membina talenta lokal. Mereka nggak terlalu doyan beli pemain mahal dari luar. Mereka percaya sama anak-anak Papua. Jadi ketika mereka menang, itu bukan kemenangan beli, tapi hasil kerja keras dan pelatihan panjang. Itu sih yang bikin saya salut setengah mati.
Skuad Utama Persipura Jayapura (Hipotesis dan Cerminan Tradisi)
Oke, karena skuad bisa berubah dari musim ke musim, saya sebutkan beberapa nama yang menurut saya jadi tulang punggung atau setidaknya mewakili era kuatnya Persipura. Beberapa mungkin udah pensiun atau pindah, tapi spiritnya masih nempel.
Boaz Solossa (Striker Legendaris)
Yustinus Pae (Bek kanan/kapten berpengaruh)
Ricardo Salampessy (Bek tengah tangguh)
Ian Louis Kabes (Gelandang tengah pengatur tempo)
Ferinando Pahabol (Sayap eksplosif)
Ramai Rumakiek (Pemain muda berbakat, masa depan)
Fakhri Husaini (Pernah jadi pelatih yang dekat dengan pemain muda)
Saat ini, kabarnya mereka juga terus rekrut pemain muda Papua dan mengandalkan regenerasi. Meskipun tak banyak diberitakan, tetapi semangat untuk bangkit masih sangat terlihat dari sosial media mereka dan interaksi dengan fans.
Persipura dan Para Fans: Ikatan yang Nggak Bisa Dijelaskan
Saya belum pernah nonton langsung di Stadion Mandala, tapi kata teman saya yang orang Jayapura, “Bro, itu bukan cuma nonton bola, itu kayak ibadah.” Suporter Persipura, yang sering disebut dengan sebutan Persipura Mania, punya semangat luar biasa. Mereka bukan cuma teriak-teriak di tribun, tapi juga ikut kawal nasib klub di luar lapangan. Dari urusan lisensi liga sampai protes soal jadwal, mereka aktif banget.
Uniknya, banyak fans Persipura juga tersebar di luar Papua. Di Makassar, Jakarta, bahkan sampai Malaysia. Gara-gara diaspora Papua yang bangga banget sama identitas mereka. Saya pernah nanya ke salah satu fans tim ini di Bekasi waktu nonton Piala Presiden, “Kenapa lo bela-belain nonton?” Dia jawab, “Persipura itu bukan cuma klub. Itu rumah.”
Kadang, saya jadi iri. Karena nggak semua klub punya hubungan sedekat itu sama fans-nya. Dan itu kekuatan besar yang kadang dilupakan. Karena sepak bola itu bukan cuma 11 orang di lapangan, tapi juga ribuan hati di tribun.
Pelajaran yang Saya Ambil dari Persipura: Bangkit itu Soal Mental
Saya jujur aja, nggak selalu jadi fans Persipura. Tapi saya belajar banyak dari kisah mereka. Tentang bagaimana bertahan di tengah krisis. Gimana jadi tim yang tetap punya marwah meskipun terlempar dari liga utama. Dan gimana jadi komunitas yang solid di tengah segala keterbatasan.
Kadang kita terlalu fokus sama siapa yang menang dan siapa yang juara. Padahal, yang lebih penting adalah siapa yang tetap berdiri, meskipun diterjang badai. Dan itu sih, Persipura banget.
Mereka ngajarin kita untuk bangga sama akar kita. Untuk tetap main dengan hati, bukan cuma strategi. Untuk percaya sama kekuatan lokal. Dan untuk terus berjuang walau semua orang meremehkan.
Persipura, Mutiara Hitam yang Masih Bersinar
Jadi, kalau kamu tanya, “Apakah Persipura Jayapura masih relevan di liga Indonesia?” Saya bakal jawab: Mereka bukan cuma relevan. Mereka masih jadi simbol harapan.
Selama masih ada anak-anak Papua yang main bola dengan telanjang kaki tapi penuh semangat di lapangan tanah, Persipura akan terus hidup.
Dan saya, dari jauh, akan terus dukung mereka. Entah itu di Liga 2, Liga 1, atau bahkan di luar negeri. Karena yang namanya cinta sepak bola, nggak kenal kasta.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Face Yoga: Teknik Angkat Alami yang Lagi Tren di 2025 disini