Jujur aja ya, awal mula gue terjun ke dunia Event Organizer itu bukan karena ambisi gede atau semacamnya. Serius, waktu itu gue cuma bantuin temen yang kebetulan panitia pernikahan kakaknya. Gak dibayar, cuma bantu ngatur rundown, jaga dekorasi, dan jadi tukang antar catering. Tapi dari situ gue ngerasa, “Eh seru juga ya… bisa ngatur ini-itu, tapi tetap kerja di balik layar Bussiness.”
Nah, dari sinilah semua bermula. Setelah beberapa kali bantuin event kampus, nikahan temen, gathering kantor bokap—gue mulai kebayang gimana dunia Event Organizer tuh jalan. Gak sesimpel yang kita lihat dari depan. Tapi anehnya, makin ribet makin nagih. Mungkin karena gue emang tipe orang yang suka ngatur dan mikir sistematis. Kalau elo juga kayak gitu, bisa jadi Event Organizer adalah ladang emas buat lo.
Apa Itu Event Organizer? (Dan Apa Bukan)
Kalau dari kacamata awam, Event Organizer atau sering disingkat EO, ya… tukang ngatur acara. Tapi lebih dari itu. Event Organizer adalah pihak yang bertanggung jawab dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pembubaran sebuah acara. Bisa acara kecil kayak ulang tahun, sampai skala besar kayak konser nasional atau konferensi internasional wikipedia.
EO bukan sekadar ngatur kursi atau masang tenda. Kita tuh orchestrator, sutradara di balik layar. Kita harus mikirin:
Konsep acara
Lokasi
Vendor (dekorasi, catering, lighting)
Pengisi acara
Anggaran
Flow acara
Dan bahkan… potensi bencana kayak hujan atau MC yang mendadak batal
Dan yang paling penting: EO bukan calo vendor! Itu kesalahpahaman terbesar. Kita bukan perantara doang. Kita yang nge-manage semua elemen supaya klien happy dan tamu puas.
Apakah Bisnis Event Organizer Worth It?
Jawabannya… tergantung. Tapi kalau lo nanya gue secara pribadi: YES, tapi harus tahan banting.
Gue gak mau bohong. Tahun-tahun awal tuh penuh drama. Klien PHP, vendor ngilang, budget bocor, sampai waktu acara ternyata listrik venue mati total—udah gue rasain semua.
Tapi kenapa tetap gue jalanin?
Karena:
Margin-nya gede kalau lo pinter ngatur budget
Jaringan makin luas — satu klien puas bisa bawa 5 klien baru
Kerja gak monoton — tiap event beda vibe
Kreativitas tersalurkan — lo bisa tuang semua ide gila lo di konsep acara
Dan… kepuasan pribadi pas lihat event sukses tuh priceless banget
Tapi ingat juga ya, bisnis ini padat karya. Capeknya tuh bukan main. Harus standby 24 jam, bahkan tidur di venue itu hal biasa. Tapi kalau lo tipe orang yang gak bisa duduk diem dan suka suasana dinamis, EO bisa jadi passion lo.
Langkah-langkah Memulai Bisnis Event Organizer (Step-by-Step)
Banyak yang nanya ke gue, “Kak, gue pengen punya EO, tapi mulai dari mana?”
Oke, gue kasih breakdown berdasarkan pengalaman:
a. Tentukan Niche EO Lo
Jangan langsung pengen ngerjain semua. Fokus dulu. Mau Event Organizer nikahan? Corporate event? Music event? Festival? Beda semua, baik vendor, strategi, maupun modal.
b. Mulai dari Project Kecil
Gue dulu mulai dari acara ultah anak temen. Budget minim, tapi itu jadi portfolio awal gue. Dokumentasiin semua, dari foto behind the scene sampai testimoni klien.
c. Bangun Tim Solid
Satu hal yang paling penting: lo butuh tim yang bisa kerja di bawah tekanan. EO bukan kerjaan sendirian. Lo butuh orang yang bisa handle vendor, klien, dan teknis lapangan.
d. Koneksi Vendor
Vendor adalah nyawa bisnis lo. Mulai deketin vendor dekorasi, catering, sewa tenda, lighting, dan MC. Makin banyak opsi, makin fleksibel harga lo.
e. Buat Paket Jasa
Sediakan paket berdasarkan kebutuhan dan budget klien. Jangan lupa transparan. Orang sekarang males kalau banyak biaya tersembunyi.
f. Online Presence
Bikin akun Instagram, website, dan katalog digital. Ini penting banget. Mayoritas klien gue sekarang datang dari Instagram atau hasil testimoni online.
g. Daftarkan Bisnis Secara Legal
Kalau sudah mulai rutin, urus izin usaha. Bisa bentuk CV atau PT. Ini penting buat dapat klien corporate dan kerja sama formal.
Tips Penting dalam Menjalani Bisnis EO (Berdasarkan Pelajaran Pahit)
Oke, ini bagian yang paling sering gue sharing ke temen-temen yang mau terjun ke EO. Berikut beberapa pelajaran berharga:
1. Selalu Siapkan Rencana Cadangan
Entah itu soal cuaca, vendor yang mendadak batal, atau MC yang gak muncul. Gue pernah punya event outdoor, jam 2 siang mendung, jam 3 acara, dan jam 2.30 hujan badai. Untung ada plan B indoor.
2. Jangan Terlalu Percaya Sama Klien
Bukan berarti semua klien jahat, tapi… pengalaman ngajarin gue buat bikin semua tertulis. Rundown, budget, revisi, semuanya harus dalam dokumen.
3. Belajar Ngatur Emosi
EO itu dunia penuh tekanan. Klien bisa drama, vendor bisa ngambek, dan kru lo bisa panik. Lo harus tetap cool. Jangan terpancing emosi. Kalau lo kalut, yang lain makin kacau.
4. Gunakan Tools Project Management
Serius, jangan cuma andalkan chat WA. Pakai Trello, Notion, atau Google Sheet buat koordinasi. Hidup lo bakal lebih mudah.
5. Jangan Pelit di Tempat yang Krusial
Misalnya soal sound system. Kalau lo pakai vendor murah tapi gagal perform, acara bisa hancur. Gue pernah nangis di gudang sound gara-gara feedback mic sepanjang acara. Sejak itu, gue gak kompromi untuk kualitas teknis.
Sisi Lain Jadi EO: Antara Panggung dan Dapur
Ada momen yang gak bisa gue lupain waktu ngurus event ulang tahun anak pejabat daerah. Budget-nya gede, ekspektasi gede, dan undangannya ribuan. Tapi tahu gak? Pas acara mulai, tiba-tiba badut utama sakit. Gak ada pengganti.
Gue panik. Klien panik. Dan lo tahu apa yang gue lakuin?
Gue jadi badutnya. Sumpah demi apa.
Makeup seadanya, pake kostum yang entah gimana ukurannya kekecilan. Tapi ya udah, demi kelancaran acara. Anak-anak happy, klien gak tahu, dan… tim gue ngakak seminggu penuh.
Dari situ gue belajar: EO itu soal improvisasi. Kadang kita harus ngelakuin hal gila demi client satisfaction. Tapi itu juga yang bikin seru.
Apakah Gue Menyesal? Enggak. Tapi Gue Gak Akan Bilang Ini Jalan Mudah
Setelah 5 tahun jalanin Event Organizer , ratusan acara udah gue pegang. Dari yang budget-nya cuma 5 juta sampai yang ratusan juta. Dari yang acaranya sukses besar sampai yang bikin gue pengen guling-guling di karpet venue.
Tapi tiap event bawa cerita. Bawa pelajaran. Dan yang paling penting, bawa jaringan dan reputasi.
Event Organizer itu bukan cuma soal untung-rugi. Tapi soal menjadi bagian dari momen orang lain. Dan buat gue, itu priceless.
Kalau Lo Suka Tantangan dan Gak Masalah Capek, Coba deh Event Organizer
Kalau lo masih bingung mau mulai bisnis apa dan suka dunia kreatif, logistik, serta kerja sama tim, Event Organizer bisa jadi pilihan.
Tapi jangan karena ikut-ikutan tren. Ini dunia yang keras, tapi rewarding banget buat yang tahan banting dan punya passion.
Dan satu pesan terakhir dari gue:
“Event sukses bukan karena budget besar, tapi karena tim yang solid dan eksekusi yang matang.”
Yuk, mulai dari bantuin temen, dan lihat sejauh mana lo bisa terbang.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Bisnis Thrifting: Pengalaman Jujur Membangun Usaha dari Barang Bekas tapi Laris Manis! disini