Gue masih ingat betul waktu pertama kali denger nama Anggis Devaki.
Waktu itu, temen kantor cerita tentang “si cewek kreatif yang bikin kerajinan tangan laris manis artist di Instagram.”
Langsung kepo dong, gue nyari profil Anggis Devaki—ternyata, dia bukan artis atau selebgram, tapi pengusaha wikipedia muda yang nekat jualan barang handmade.
Dari situ, rasa penasaran gue bikin segalanya berputar.
Apa sih rahasia Anggis Devaki supaya bisa nembus pasar PROTOGEL online yang super kompetitif?
Lewat artikel ini, gue bakal mengajak lo memahami kisah perjalanan Anggis Devaki, lengkap dengan drama, kegagalan, dan momen “aha!” yang akhirnya bikin namanya dikenal para pecinta handmade & kerajinan lokal.
Awal Mula & Latar Belakang: Dari Hobi ke Peluang Bisnis
Waktu SMA, gue juga pernah punya hobi bikin kerajinan kertas—ya seadanya lah.
Tapi kalau Anggis Devaki, sejak SD udah doyan ngutak-atik kain perca.
“Kadang gue nekat jahit sendiri tas kecil dari kain sisa.
Hasilnya? Polos banget, malah ada benang kusut di ujung.”
Itu salah satu cerita lucu yang dia bagi di blog pribadinya.
Dia ceritain gimana awalnya jual 5 tas ke tetangga komplek.
Ternyata laku! Dari situ muncul ide: “Kenapa gak gue scale up aja?”
Pelajaran di Bagian Ini
Mulai dari yang kecil. Jangan takut eksperimen.
Validasi pasar sederhana. Jual dulu ke orang terdekat.
Catat feedback. Benang kusut? Fixed. Tambah variasi warna? Siap!
Masa-Masa Sulit: Kegagalan yang Bikin Mimpi Hampir Pudar
Gue pernah baca postingan IG Story Anggis pada suatu malam, dia posting gundah.
Waktu itu pesanan dadakan dari brand lokal malah gak sesuai ekspektasi—produk sobek, kualitas warna luntur.
loe bayangin: udah capek-capek jahit, baru seminggu laris, malah ada komplain.
Anggis cerita sempat mikir, “Apa gue salah pilih supplier kain?”
Malam itu dia nggak tidur, scroll bahan-bahan kain terbaik, cari vendor baru, tanya-tanya di grup WhatsApp pengrajin.
Pada titik ini, yang bikin gue respect sama Anggis Devaki banget: dia gak nyerah.
Dia malah belajar soal QC (quality control) dan bikin standarisasi produk.
Sekarang? Semua order dicek satu per satu sebelum dikirim.
Tips dari “Zona Gelap” Bisnis
Belajar quality control: Kualitas konsisten bikin pelanggan balik lagi.
Jaga komunikasi: Klarifikasi detail pesanan lewat chat atau call.
Bangun jaringan: Supplier tepercaya itu aset berharga.
Momen Keberhasilan: Ketika Brand “Anggis Devaki” Mulai Bersinar
Masih inget waktu pre-order pertama kalinya tembus 100 pcs dalam waktu 24 jam.
Gue ikut semangat baca thread Twitter-nya. Dia tulis:
“Gak nyangka, rasa takut order banyak malah jadi motivasi.
Bisa jadi ini titik balik.”
Ada beberapa faktor yang bikin gebrakan itu:
Strategi konten personal. Dia share behind-the-scenes bikin produk setiap pagi.
Kolaborasi micro-influencer. Gak perlu bayar jutaan; barter aja dengan influencer niche kerajinan.
Promo waktu terbatas. “Flash sale 12 jam” bikin FOMO serius.
Dari situ muncul “efek bola salju” di komentar dan repost.
Temen-temen UKM lain pun mulai DM dia tanya resepnya.
Tips Praktis ala Anggis Devaki untuk Kamu yang Mau Mulai
Gue rangkum beberapa takeaway konkret yang bisa langsung lo coba:
Bikin “storyboard” konten:
Dokumentasikan proses produksi.
30% tutorial, 30% testimoni, 40% lifestyle.
Validasi harga di marketplace:
Cek harga kompetitor.
Sesuaikan margin minimal 30%.
Optimalisasi SEO Instagram & Google:
Gunakan keyword “kerajinan tangan unik”, “handmade lokal”, “gift custom”.
Sertakan keyword semantik seperti “craft lokal”, “kado unik handmade”.
Bangun hubungan dengan customer:
Balas DM dalam 2 jam.
Kirim ucapan terima kasih berupa sticker digital.
Manajemen waktu efektif:
Blok kerja 25 menit (Pomodoro), istirahat 5 menit.
Simpan katalog bahan di Google Sheets supaya cepat dicopy-paste.
Refleksi & Pesan untuk Pembaca
Kalau boleh jujur, gue agak iri sama keberanian Anggis Devaki.
Tapi di sisi lain, dia ngasih contoh nyata:
“Gak ada mimpi yang mulus 100%.
Ada miss-stitch, ada kain luntur, ada order refund.”
Baru setelah lewat itu, dia berhasil bikin brand yang dicari.
Yang paling penting: konsistensi dan keingintahuan.
“Kadang gue ngerasa stuck, tapi belajar sesuatu tiap hari.
Yuk, lo juga bisa.”
Jadi, ceritanya bukan cuma soal Anggis Devaki.
Ini soal mindset kita ketika menghadapi ketidakpastian.
Gagal? Oke. Coba lagi.
Laris? Asik. Scale up.
Kesimpulan
Perjalanan Anggis Devaki menunjukkan bahwa bisnis kreatif itu bukan cuma soal bakat, tapi juga soal ketekunan.
Mulai dari coba-coba di rumah, belajar dari kegagalan, sampai akhirnya jadi brand yang dipercaya.
Semoga cerita dan tips di atas bisa menginspirasi lo—baik yang baru mau mulai atau yang tengah berjuang menjaga stabilitas bisnis.
Coba aplikasikan satu tips kecil hari ini.
Misalnya: dokumentasikan satu proses pembuatan produk dan post di Instagram Story.
Lihat responsnya.
Dari situlah percikan besar bisa terjadi.
Selamat mencoba, dan semoga sukses membangun kisah lo sendiri—siapa tahu nama lo selanjutnya yang jadi inspirasi banyak orang!
Baca Juga Artikel Ini: Understanding the Role of a Professional Artist