Apa Itu IWC Schaffhausen? Ini Alasan Kenapa Jam Tangan Ini Bisa Semahal Mobil

Gue jujur aja ya, pertama kali denger nama “IWC Schaffhausen“, gue pikir itu nama pabrik mesin atau kota kecil di Jerman. Serius. Waktu itu gue lagi nongkrong Lifestyle sama temen gue yang kerja di bidang properti. Orangnya rada flashy, pakaiannya necis, sepatunya mengilap banget, dan yang paling mencolok: jam tangannya. Gue tanya dong, “Bro, itu jam apaan? Keren banget.”

Dia jawab santai: “Ini IWC Schaffhausen. Swiss made. Mahal sih, tapi lifetime.”

Gue langsung buka Google, dan bener aja, harga jamnya bisa belasan sampai ratusan juta. Hati kecil gue bilang: gila ini jam apa apartemen studio?!

Tapi di situlah titik awal gue mulai masuk ke dunia horologi. Ternyata IWC Schaffhausenbukan sembarang merek jam tangan. Mereka punya sejarah, filosofi desain, sampai craftsmanship yang katanya sih udah di level dewa. Dan kayaknya, semakin mahal jam itu, semakin panjang juga ceritanya.

Apa Itu IWC Schaffhausen dan Kenapa Namanya Susah Banget?

Introducing: IWC Schaffhausen Pilot's Watch Chronograph “Tribute to 3705”

Oke, jadi… IWC itu singkatan dari International Watch Company wikipedia, dan “Schaffhausen” itu nama kota kecil di Swiss, dekat perbatasan Jerman. Didirikan tahun 1868—yep, udah lebih dari 150 tahun—oleh seorang insinyur asal Amerika bernama Florentine Ariosto Jones.

Uniknya, meskipun banyak produsen jam Swiss ada di bagian barat, IWC Schaffhausenmalah bikin markasnya di bagian timur Swiss. Ini aja udah beda sendiri.

Fokus mereka sejak awal adalah bikin jam tangan mekanikal (bukan baterai, bro), dengan kualitas buatan tangan (handcrafted) dan presisi tingkat tinggi. Jadi jangan harap lo bakal nemu IWC Schaffhausen di etalase mall biasa. Nggak akan ada diskonan 50% kayak jam kw.

Seri paling terkenal dari IWC Schaffhausen antara lain:

  • Portugieser – desain klasik tapi gede banget ukurannya.

  • Pilot’s Watch – jam tangan bergaya aviasi, ikonik banget.

  • Portofino – lebih elegan dan minimalis.

  • Ingenieur – dulu populer di kalangan engineer dan teknisi.

  • Aquatimer – cocok buat penyelam dan adventure.

Gue paling jatuh hati sama Portugieser, karena layout-nya bersih banget tapi tetap berwibawa. Ada power reserve-nya juga, dan itu detail kecil yang buat pecinta jam, udah kayak bonus es krim di ujung cone.

Kenapa IWC Schaffhausen Mahal Banget?

Nah ini pertanyaan sejuta umat. Dan percaya atau nggak, gue juga dulu skeptis. Masa iya jam segitu bisa lebih mahal dari motor?

Tapi ternyata… ada beberapa alasan kuat kenapa harganya nggak main-main:

  1. Movement-nya Handmade dan In-House
    IWC Schaffhausen bikin sebagian besar mesin jam mereka sendiri. Ini bukan sekadar rakit, tapi desain dan buat dari nol. Itu namanya in-house movement, dan ini mahal banget prosesnya.

  2. Material Premium
    Dari stainless steel berkualitas tinggi sampai platinum dan emas 18 karat. Kristal kacanya juga bukan kaca biasa, tapi safir anti-gores.

  3. Desain Abadi (Timeless)
    Jam IWC Schaffhausen bisa awet seumur hidup. Bahkan kalau dirawat, bisa diwariskan ke anak atau cucu. Nilai resale-nya juga tinggi.

  4. Craftsmanship Tingkat Tinggi
    Setiap komponen dicek satu per satu secara manual. Bahkan casing belakang jamnya pun biasanya transparan, jadi bisa lihat “jeroan”-nya.

  5. Eksklusivitas
    Nggak semua orang bisa punya. Ini bukan karena elit, tapi karena produksinya terbatas dan eksklusif. Cocok buat orang yang lebih suka hal unik dan langka.

Gue pernah pakai jam mewah lain, tapi pas gue coba IWC Schaffhausen , ada feel berbeda. Rasanya kayak lo bawa sejarah dan seni di pergelangan tangan lo.

Kualitas IWC Schaffhausen: Layak Nggak Sih?

Gue akhirnya nyoba beli IWC Schaffhausen second-hand dari kolektor lokal. Seri Pilot Mark XVIII. Dan dari situ, gue baru ngerasain kualitas IWC secara langsung.

Bodi jamnya kokoh, strap kulitnya nyaman banget di tangan, dan akurasinya… nyaris sempurna. Gue pakai selama 3 bulan tanpa diservis, tetap jalan mulus. Bahkan pas kena hujan lebat waktu touring ke Puncak, jamnya nggak ngambek sama sekali.

Yang paling gue suka: detail kecilnya. Jarum detik yang nggak berisik, angka yang dicetak sempurna, dan feel ketika lo muter crown (pemutar jam)—itu satisfying banget. Kayak lo nutup pintu mobil mewah, gitu deh.

Plus, customer service IWC di Indonesia juga oke banget. Temen gue yang punya IWC Portugieser sempat klaim garansi karena ada debu masuk di dalam dial. Mereka benerin tanpa ribet dan nggak kena charge tambahan.

Siapa Aja Sih yang Pakai IWC Schaffhausen di Indonesia?

Lo mungkin kaget, tapi ternyata banyak figur publik di Indonesia yang pakai IWC. Beberapa yang pernah kelihatan pakai (baik di event resmi atau sosial media):

  • Pejabat dan menteri (gue nggak sebut nama ya, sensitif )

  • CEO startup dan eksekutif bank

  • Kolektor jam kelas atas

  • Selebriti cowok yang lowkey suka barang berkualitas, bukan sekadar bling-bling

IWC nggak terlalu dipamerin kayak Rolex atau Audemars Piguet. Mereka lebih subtle. Lebih ke orang-orang yang udah ngerti jam, dan nggak butuh validasi dari orang lain. “Silent flex”, istilahnya.

Bahkan beberapa komunitas horologi di Jakarta dan Surabaya punya member loyal yang spesialis IWC. Mereka lebih ke arah diskusi teknis daripada cuma pamer harga.

Harga IWC Schaffhausen di Indonesia

IWC Schaffhausen Luncurkan Jam Tangan Pilot Berbahan Keramik Titanium

Nah ini bagian sensitif tapi penting. Di Indonesia, harga resmi IWC bisa mulai dari:

  • Pilot’s Watch Mark XVIII: sekitar Rp 85-100 juta

  • Portugieser Chronograph: Rp 130-180 juta

  • Portofino Automatic: mulai Rp 90 jutaan

  • Big Pilot’s Watch: bisa tembus Rp 200-300 juta

  • Aquatimer Automatic: sekitar Rp 110 jutaan

Itu harga baru ya. Kalau lo cari second-hand di marketplace terpercaya, bisa dapat lebih murah. Tapi harus jeli dan hati-hati, karena banyak barang palsu. Gue saranin beli di authorized dealer atau komunitas horologi yang terpercaya.

Apa Gue Nyesel Beli IWC?

Jujur, awalnya gue mikir ini pemborosan. Tapi setelah beberapa bulan pakai, gue sadar ini bukan cuma jam tangan—ini pengalaman, warisan, dan bentuk apresiasi terhadap waktu.

IWC ngajarin gue bahwa waktu itu bukan cuma detik yang lewat. Tapi sesuatu yang punya nilai. Dan kadang, lo butuh sesuatu yang “berharga” untuk menyadari bahwa waktu itu memang nggak ternilai.

Dan iya… sekarang gue lagi nabung buat beli Portugieser Chronograph. Semoga 3 tahun lagi kebeli. Doain, ya

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Johnson: Kisah Nyata di Balik Produk Kesehatan disini