Awalnya, saya pikir motret makanan itu cuma buat iseng-iseng. Sekadar buat instastory biar keren, atau dokumentasi sebelum makan. Tapi ternyata, food photography lebih dari sekadar foto makanan kelihatan enak. Ada teknik, ada rasa, bahkan ada cerita Lifestyle di balik setiap frame.
Saya pertama kali tertarik saat main ke rumah teman yang punya usaha roti rumahan. Dia minta tolong difotoin beberapa produknya buat katalog Instagram. Modalnya cuma kamera HP dan sedikit cahaya matahari pagi. Tapi waktu hasilnya saya edit sedikit, eh… kelihatan profesional juga!
Di situ saya mulai kepincut. Saya mikir, “Wah ini seru juga ya. Bukan cuma makanannya yang enak, tapi proses mendokumentasikannya juga bikin nagih.”
Dan dari sanalah petualangan saya belajar food photography dimulai.
Kenapa Food Photography Jadi Hobi Favorit Banyak Orang?
Jujur aja, di awal saya mikir ini cuma buat gaya-gayaan. Tapi makin digeluti, makin saya sadar—food photography itu satisfying banget. Ada rasa puas tersendiri waktu berhasil bikin makanan kelihatan menggoda banget walaupun cuma makanan sederhana kayak mie instan atau pisang goreng retinadcom.
Alasan food photography sering jadi hobi?
Mudah diakses. Kamu bisa mulai dengan kamera HP. Nggak perlu langsung punya kamera DSLR.
Kreatif dan personal. Setiap orang punya style dan pendekatan berbeda dalam memotret makanan.
Dekat dengan keseharian. Makanan ada di depan kita setiap hari. Tinggal plating dikit, setting cahaya dikit, jepret!
Healing dan mindful. Proses menata makanan itu kayak meditasi. Fokus, sabar, dan pelan-pelan.
Saya sendiri ngerasa, ini kayak gabungan antara seni, storytelling, dan teknis. Pas banget buat orang yang suka visual tapi juga suka eksplorasi rasa.
Apakah Food Photography Bisa Menghasilkan Uang?
Jawaban pendeknya: BISA BANGET!
Tapi… (iya, ada tapinya), nggak instan.
Saya pernah nawarin jasa foto makanan ke pemilik warung di dekat rumah, dan dia cuma ngasih bayaran nasi kotak. Tapi saya terima dengan senang hati karena tahu saya butuh portofolio dulu. Dari situ saya mulai upload di Instagram dan gabung komunitas foodies.
Lambat laun, beberapa UMKM mulai kontak saya. Mereka bilang suka gaya foto saya yang natural dan bikin lapar. Dari situ saya mulai pasang harga, mulai dari Rp100.000 per sesi pemotretan, hingga akhirnya naik terus seiring jam terbang.
Beberapa cara menghasilkan uang dari food photography:
Jasa foto makanan untuk UMKM, resto, atau cafe.
Foto untuk stock photo (jual di Shutterstock, Adobe Stock).
Konten sponsored (kalau sudah punya audience di media sosial).
Workshop atau kelas online (kalau udah punya pengalaman dan skill matang).
Kolaborasi brand (produk makanan, alat masak, atau dekor).
Jadi, kalau kamu nanya bisa cuan atau enggak? Sangat bisa. Tapi harus sabar, konsisten, dan nggak takut mulai dari kecil.
Langkah-Langkah Belajar Food Photography dari Nol
Sekarang kita masuk ke bagian praktis. Kalau kamu benar-benar pemula, ini langkah-langkah yang saya (dan banyak orang) lalui buat belajar food photography.
1. Kenali Kamera yang Kamu Punya
Nggak harus DSLR dulu kok. Bahkan banyak fotografer profesional yang bisa hasilkan karya keren cuma pakai HP.
Pahami fitur seperti:
Fokus manual
Exposure (terang-gelap)
White balance
Grid lines (buat bantu komposisi)
Saya pribadi mulai dari iPhone lama dan hanya pakai cahaya jendela. Itu pun udah cukup buat latihan.
2. Belajar Komposisi Foto
Ini bagian penting. Food photography itu sangat bergantung pada komposisi visual. Beberapa prinsip yang saya pelajari:
Rule of Thirds (bagi layar jadi 9 kotak, posisikan objek di titik potong)
Leading lines (arah mata diarahkan lewat bentuk atau properti)
Negative space (biar foto nggak terlalu ramai)
Angle (flatlay 90°, eye level, atau 45°)
Saya suka pakai angle 45° buat makanan yang punya tinggi kayak burger atau martabak.
3. Eksperimen dengan Cahaya
Sumber cahaya itu segalanya. Coba main di cahaya alami dulu. Jangan langsung pakai ring light kecuali terpaksa.
Saya pernah frustasi karena semua foto saya kekuningan. Ternyata lampu rumah bikin tone warnanya nggak natural. Setelah itu, saya selalu foto siang hari dekat jendela.
Kalau mau belajar pencahayaan lebih dalam, coba beli reflektor murah atau bikin dari karton putih.
4. Gunakan Properti Sederhana
Awalnya saya mikir butuh alas marmer, piring aesthetic, dan napkin fancy. Tapi ternyata, properti sederhana pun bisa maksimal kalau tahu cara pakainya.
Mulai dari:
Serbet motif netral
Piring putih polos
Sendok kayu
Talenan sebagai alas
Yang penting warna dan teksturnya nggak bentrok sama makanan.
5. Edit Foto Secukupnya
Edit itu buat sentuhan akhir, bukan buat “menyelamatkan” foto jelek.
Saya pakai Snapseed dan Lightroom Mobile. Biasanya cuma atur:
Brightness
Contrast
Warmth
Sharpness
Ingat, jangan berlebihan. Tujuannya bikin makanan kelihatan lebih hidup, bukan palsu.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Food Photography
Setelah saya jalanin selama hampir setahun, saya nyadar ada beberapa kesalahan umum yang sering saya (dan banyak pemula) lakukan. Dan ini yang harus kamu perhatikan kalau mau hasil fotomu makin oke.
1. Jangan Asal Plating
Kadang makanan enak tapi penataannya ngaco. Saya belajar plating dari nonton MasterChef dan Pinterest. Tipsnya:
Gunakan piring yang pas ukurannya (jangan terlalu besar)
Letakkan garnish kecil buat warna
Pastikan ada “cerita” di piring (misal tumpahan saus, potongan bahan utama, dll)
2. Perhatikan Tekstur
Makanan tanpa tekstur bakal kelihatan membosankan. Contohnya, motret sup doang itu susah karena semuanya cair. Tapi tambahin roti di sisi, atau remah di permukaan, langsung beda feel-nya.
3. Timing Itu Segalanya
Pernah motret es krim dan hasilnya malah kayak bubur? Itu karena saya motretnya kelamaan. Jadi, kalau motret makanan yang cepat berubah bentuk (kayak es krim, mie kuah, atau telur setengah matang), siapkan properti dan pencahayaan dulu, baru plating dan jepret cepat.
4. Jangan Terlalu Banyak Elemen
Dulu saya suka norak, masukin sendok, garpu, bunga, daun mint, semua dijebret bareng. Tapi hasilnya malah bingungin mata. Simpel itu lebih elegan. Fokuskan perhatian ke makanan.
5. Konsisten Gaya Editing
Kalau kamu niat serius, penting buat punya gaya visual sendiri. Konsistensi tone warna bikin feed Instagram kamu enak dilihat. Coba bikin preset sendiri dan pakai terus untuk menjaga identitas visual.
Dari Foto Makanan Jadi Perjalanan Rasa dan Visual
Jujur, saya nggak nyangka food photography bisa sejauh ini. Dari yang awalnya cuma iseng motret nasi goreng, sekarang saya bisa bantu orang lain mempercantik produk mereka. Bahkan, ada rasa puas tiap kali orang bilang, “Kak, fotonya bikin laper deh.”
Tapi ya itu, semua butuh waktu. Butuh trial and error. Saya pernah motret ayam geprek selama satu jam, eh fotonya burem semua. Tapi saya belajar. Dan kamu juga bisa.
Kalau kamu suka makan, suka motret, dan suka eksplorasi visual—coba deh mulai food photography. Nggak harus sempurna. Yang penting nikmatin prosesnya.
Semoga cerita dan tips ini bisa bantu kamu mulai. Siapa tahu dari hobi foto makanan, kamu bisa buka jalan ke dunia kreatif yang lebih luas—dan mungkin, lebih menguntungkan juga.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Olike Smartwatch W11 : Cuma 100 Ribuan, Tapi Fiturnya Bikin Kaget disini