Kalau boleh jujur, saya dulu nggak pernah nyangka bisa jatuh cinta sama… burung merpati.Iya, burung yang sering kita lihat terbang bergerombol di taman kota, atau duduk manis di atap rumah tua. Tapi siapa sangka animals ini, sejak pertama kali saya pelihara satu ekor merpati di pekarangan rumah belakang, hidup saya berubah sedikit demi sedikit—jadi lebih sabar, lebih teliti, dan entah kenapa… lebih tenang.
Mengapa Burung Merpati Banyak Dipelihara?
Banyak orang mikir, pelihara merpati tuh cuma buat orang tua yang sudah pensiun detikcom. Padahal nggak juga. Anak muda pun banyak yang jatuh cinta sama burung ini, apalagi yang sudah nyoba ikut komunitas atau kontes balap merpati—wah, seru banget!
Salah satu alasan utama orang suka pelihara burung merpati adalah karena burung ini punya daya ingat luar biasa. Mereka bisa pulang ke kandangnya meski dilepas dari jarak puluhan kilometer. Kemampuan navigasi alami mereka bikin banyak orang kagum, termasuk saya.
Merpati juga nggak rewel. Selama kandangnya bersih, makanannya cukup, dan nggak stres karena lingkungan berisik, mereka bisa hidup sehat dan bertelur secara rutin.
Dan satu hal lagi: burung merpati itu setia. Kalau sudah punya pasangan, mereka akan hidup berdua dan berbagi tugas—si jantan menghangatkan telur, si betina mencari makan. Keren, kan?
Pengalaman Pertama Kali Memelihara Merpati
Saya inget banget waktu pertama kali beli sepasang merpati lokal dari pasar burung. Harganya nggak mahal, cuma sekitar 50 ribuan per ekor. Tapi pas saya sampai rumah, saya panik. Kandang belum siap, makanan belum beli, bahkan tempat minum pun nggak ada.
Waktu itu saya nekat pakai bekas baskom kecil buat air minum, dan alas kandangnya cuma kardus. Hasilnya? Kacau. Burungnya stres, bolak-balik mengepakkan sayap, dan nggak mau makan. Dari situ saya belajar: persiapan itu penting banget.
Akhirnya, setelah baca-baca dan tanya-tanya ke teman yang sudah lebih senior, saya bikin kandang kayu ukuran 60x60x60 cm, dengan ventilasi dan dua tempat bertengger. Saya juga beli jagung giling kualitas bagus, ditambah vitamin cair buat daya tahan tubuhnya.
Dari situ semuanya mulai lancar. Burungnya tenang, nafsu makannya bagus, dan mereka mulai bertelur setelah 3 minggu.
Tips Merawat Burung Merpati agar Tetap Sehat
Buat kamu yang pengen mulai pelihara burung merpati, ini beberapa tips penting yang saya pelajari dari pengalaman (dan juga dari banyak kesalahan, hehe):
Pilih burung yang sehat dan aktif. Jangan tergiur harga murah. Lihat matanya jernih, bulunya rapi, dan kotorannya padat.
Siapkan kandang dengan ukuran yang cukup. Minimal cukup buat dua ekor berdiri dan terbang pendek.
Jaga kebersihan kandang. Bersihin kotoran setiap hari kalau bisa. Jangan tunggu seminggu, bisa bikin burung kena penyakit.
Makanan utamanya adalah jagung giling. Tapi sesekali kasih kacang hijau atau beras merah buat variasi dan nutrisi tambahan.
Air minum harus bersih dan diganti tiap hari. Ini penting! Banyak kasus burung sakit karena air yang kotor.
Berikan vitamin tambahan seminggu sekali. Bisa beli di toko burung, murah dan membantu daya tahan tubuh.
Jangan sering-sering pindahkan kandangnya. Merpati butuh adaptasi, apalagi kalau kamu pengen dia betah dan bisa kembali ke rumah (homing).
Burung Merpati di Mata Pecinta Burung
Kalau kamu ikut komunitas pecinta burung, kamu bakal sadar bahwa burung merpati punya tempat spesial di hati banyak orang. Nggak cuma karena penampilannya yang elegan, tapi juga karena makna simboliknya.
Banyak yang bilang merpati itu simbol kedamaian. Tapi di kalangan pecinta burung, merpati juga jadi simbol loyalitas dan ketangguhan. Ada jenis merpati yang dilatih untuk balapan, dan kecepatan terbangnya bisa sampai 100 km/jam. Gila, kan?
Saya sendiri tergabung di komunitas “Merpati Lovers Indonesia”, dan tiap minggunya selalu ada sharing pengalaman baru, bahkan lelang merpati unik yang punya silsilah juara. Harganya? Ada yang sampai jutaan rupiah!
Yang menarik, banyak juga anak muda yang mulai tertarik—karena main merpati itu nggak cuma soal pelihara, tapi juga soal teknik, strategi, dan perasaan.
Pembahasan Tambahan: Jenis-Jenis Burung Merpati Populer
Nah, buat kamu yang penasaran, berikut beberapa jenis burung merpati yang umum dipelihara di Indonesia:
Merpati Balap: Dikenal karena kecepatan dan daya navigasi. Banyak digunakan dalam lomba.
Merpati Hias: Fokus pada keindahan bulu dan bentuk tubuh. Biasanya diikutkan kontes.
Merpati Pos: Dulu digunakan untuk kirim surat. Sekarang jadi buruan kolektor.
Merpati Tinggian: Bisa terbang sangat tinggi lalu turun tajam, kadang untuk hiburan rakyat.
Merpati Lokal: Jenis umum yang mudah dirawat dan terjangkau harganya.
Mengapa Kamu Harus Coba Pelihara Burung Merpati?
Kalau kamu lagi cari hobi yang nggak ribet, bisa dilakukan dari rumah, dan bermanfaat buat mental, saya saranin coba pelihara burung merpati.
Selain jadi sarana refreshing, pelihara burung ini ngajarin kita soal tanggung jawab, kesabaran, dan menghargai makhluk hidup. Kalau kamu tipe orang yang suka ketenangan, mendengar suara merpati mendekur pelan bisa jadi terapi alami.
Dan yang pasti, semakin kamu mendalami, kamu bakal sadar kalau hobi ini bisa menghasilkan juga. Entah lewat jual-beli burung, menang lomba, atau bahkan jadi breeder profesional.
Jangan Remehkan Hobi yang Sederhana
Kadang kita mikir hobi harus mewah atau modern—padahal justru yang sederhana seperti pelihara merpati bisa jadi sumber kebahagiaan yang nggak ternilai.
Saya pribadi, dari yang awalnya cuma iseng beli sepasang, sekarang udah punya 8 ekor, dan rencana nambah kandang lagi bulan depan. Tiap pagi sebelum ngajar, saya sempetin ngasih makan mereka sambil ngopi. Damai banget rasanya.
Kalau kamu suka hewan, punya waktu luang, dan pengen coba sesuatu yang beda, mungkin sudah saatnya kamu kenalan lebih dekat sama burung merpati.
Komunitas Pecinta Merpati: Tempat Belajar, Berteman, dan Berbagi
Saya mulai benar-benar merasa nyambung di dunia merpati saat gabung ke komunitas lokal di kota saya, namanya “Merpati Mania Surabaya”. Awalnya saya pikir isinya cuma orang-orang tua pensiunan yang suka ngobrol ngalor-ngidul. Eh, ternyata isinya campuran banget: dari anak SMA, pengusaha, guru, sampai driver ojek online yang punya puluhan merpati di rumah.
Komunitas ini aktif banget. Tiap minggu ada kopdar kecil, sharing soal perawatan, vitamin yang lagi hits, hingga tips latihan terbang jarak jauh. Kadang kami juga kumpul bareng nonton lomba merpati balap.
Yang saya suka, komunitas seperti ini sangat terbuka. Buat pemula seperti saya waktu itu, bisa nanya apa saja tanpa takut di-judge. Bahkan, waktu merpati saya sakit dan saya panik, salah satu anggota langsung datang ke rumah dan bantuin kasih obat.
Kalau kamu tertarik pelihara merpati, masuk komunitas adalah langkah wajib. Kamu nggak cuma dapat ilmu, tapi juga relasi dan… mungkin teman curhat baru juga. Hehe.
Dunia Kontes dan Lomba Burung Merpati
Nah, ini bagian yang makin bikin saya terjebak “cinta” dengan hobi ini: lomba merpati balap dan merpati tinggian. Jangan bayangkan kayak lomba ayam aduan ya—ini beda. Merpati itu dilatih terbang dari jarak jauh, kadang sampai belasan kilometer, dan harus pulang ke kandangnya secepat mungkin.
Ada juga jenis lomba merpati tinggian di mana burung dilepas dari bawah dan akan terbang setinggi mungkin lalu menukik tajam untuk mendarat. Pemandangannya luar biasa!
Bahkan sekarang, beberapa lomba merpati sudah disiarkan di YouTube dengan drone—dan jumlah penontonnya ribuan! Hadiahnya juga nggak main-main. Di satu lomba yang saya ikuti, hadiah juara 1 bisa sampai Rp 10 juta, dan itu baru di tingkat kota. Di level nasional? Bisa lebih dari itu.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Kucing Kabut Australia: Si Manja Eksotis yang Bikin Jatuh Cinta Sekaligus Pusing disini