Jujur ya, aku dulu nggak pernah nyangka bakal tertarik sama yang namanya tari tradisional. Apalagi tari yang asalnya dari daerah yang belum pernah aku kunjungi. Tapi semua berubah waktu aku ikut acara budaya di sekolah tempat aku ngajar. Salah satu anak muridku nari di depan panggung, dan gerakannya kayak burung yang sedang terbang bebas. Luwes banget. Lalu aku tanya, “Itu tari apa, Nak?” Dia jawab dengan polos, “Itu Tari Alang Babega, Pak.”
Sejak saat itu aku penasaran. Aku googling, aku baca-baca. Ternyata Tari Alang Babega ini berasal dari Culture Kalimantan Barat, dan menggambarkan elang yang terbang bebas di langit luas. “Alang” artinya burung elang, dan “Babega” berarti berputar-putar di angkasa. Jadi bisa dibilang, ini adalah tarian yang menggambarkan semangat kebebasan, keindahan, dan kekuatan.
Dan tahu nggak, dari awal liat sampai sekarang, aku masih takjub tiap kali lihat Tari Alang Babega dibawakan dengan sepenuh hati. Tari ini bukan cuma soal gerakan. Ini tentang identitas, tentang alam, dan tentang bagaimana manusia bisa belajar dari seekor burung.
Keindahan Seni Tari Alang Babega: Bukan Sekadar Gerakan, tapi Jiwa
Kalau kamu belum pernah lihat Tari Alang Babega secara langsung, kamu mungkin belum bisa merasakan getaran keindahannya sepenuhnya. Tapi coba bayangin ini:
Seorang penari berdiri tegak, tangannya membuka lebar seperti sayap, lalu tubuhnya mulai berputar perlahan, seperti elang yang mengitari langit. Kain yang menjuntai dari lengan membuat gerakannya tampak seperti sayap yang mengepak Kumparan.
Indah banget, asli.
Musiknya? Instrumen tradisional Dayak dan nyanyian khas suku Dayak yang lembut dan menghanyutkan. Perpaduan suara suling, gong, dan nyanyian itu bikin kita kayak dibawa terbang ke hutan Kalimantan. Aku waktu itu merem sejenak pas nonton, dan serius, rasanya kayak lagi berdiri di tepi sungai Kapuas, dengerin suara alam yang tenang.
Dan yang bikin aku makin salut, tiap gerakan di Tari Alang Babega ada maknanya. Nggak sembarangan lho. Gerakan memutar melambangkan pencarian makna hidup, gerakan mengepakkan tangan mewakili semangat kebebasan, dan posisi tubuh yang ringan seperti melayang mewakili keseimbangan antara manusia dan alam.
Itu yang bikin tarian ini beda dari sekadar gerakan dansa biasa. Ini seni yang bernyawa.
Mengapa Tari Alang Babega Harus Dilestarikan?
Pertanyaan penting ya. Karena budaya itu ibarat akar. Kalau kita kehilangan budaya, kita kehilangan akar. Dan Tari Alang Babega ini bukan cuma seni pertunjukan, tapi simbol filosofi hidup masyarakat Dayak. Mereka percaya bahwa seperti elang, manusia harus bebas, kuat, dan selaras dengan alam.
Sayangnya, tarian seperti ini perlahan-lahan mulai tersisih. Banyak generasi muda yang lebih tertarik nonton TikTok dance atau K-Pop choreo daripada mempelajari gerakan penuh makna seperti Alang Babega. Padahal, nilai yang diajarkan jauh lebih dalam.
Aku pernah ngobrol dengan seorang seniman dari Kalimantan Barat, dan dia bilang begini:
“Kalau kita sendiri nggak menghargai budaya kita, siapa yang akan menjaga?”
Dan itu bener banget. Bayangin aja, kalau 20 tahun lagi nggak ada lagi yang bisa menarikan Alang Babega, lalu budaya itu punah, kita kehilangan sesuatu yang nggak bisa dibeli atau dibangun ulang.
Makanya aku percaya banget bahwa pelestarian itu bukan tugas pemerintah aja. Kita semua bisa ambil bagian. Mulai dari belajar, mengajarkan, sampai sekadar mempromosikan di media sosial.
Tips Mempelajari Tari Alang Babega (Dari Orang Awam Sepertiku)
Aku ini bukan penari. Badan kaku, gampang ngos-ngosan, dan sering salah arah waktu disuruh muter. Tapi demi pengenalan budaya ke anak-anak, aku sempat ikut latihan dasar Tari Alang Babega. Dari situ aku dapet beberapa tips yang mungkin bisa bantu kamu kalau kamu tertarik belajar juga:
1. Mulai dari Mimik dan Nafas
Sebelum gerakan, fokus dulu ke ekspresi dan pernapasan. Tari ini butuh ketenangan. Kita harus bisa meniru elang yang tenang tapi sigap. Coba ambil napas dalam, pandang ke depan, dan rasakan ‘kebebasan’ yang ingin disampaikan.
2. Kenakan Kostum yang Tepat
Aku sempat nyobain kostum khasnya, dan ternyata gerakan terasa lebih ‘alami’ kalau pakai selendang atau kain sayap. Jadi jangan malu-malu buat pakai properti saat latihan.
3. Latih Gerakan Putar Dulu
Yang susah buat aku itu gerakan memutar sambil menjaga keseimbangan tangan. Jadi aku latihan tiap pagi dengan berdiri tegak, buka tangan, dan memutar pelan. Awalnya pusing, tapi lama-lama jadi stabil juga.
4. Nonton Video Asli Penari Dayak
Aku belajar banyak dari video penari asli di YouTube. Mereka bawa ruh yang beda. Gerakan mereka nggak sekadar indah, tapi penuh makna. Perhatiin tangan, mata, dan posisi kaki mereka.
5. Latihan Bareng Komunitas
Kalau di kotamu ada sanggar seni Dayak atau komunitas budaya Kalimantan, join aja. Aku sempat ikutan dua minggu, dan suasananya asik banget. Belajarnya jadi lebih cepat dan seru.
Pengalaman Mengikuti Gerakan Tari Alang Babega
Nah, ini bagian yang agak malu-maluin tapi juga paling berkesan buatku.
Waktu itu aku diminta tampil bareng murid-muridku buat acara Hari Kartini. Temanya budaya Nusantara. Dan entah kenapa, aku kepilih buat nari bareng Tari Alang Babega.
Latihan pertama? Gagal total. Aku jatuhin selendang, salah muter, terus nggak sinkron sama irama musik. Tapi mereka semua ketawa dan dukung. “Yang penting Pak guru semangat,” kata salah satu murid.
Latihan kedua, ketiga, sampai keempat mulai terasa kemajuan. Tangan mulai lentur, kaki mulai terbiasa berpindah tempat dengan anggun. Aku bener-bener merasa kayak lagi ‘terbang’.
Waktu tampil? Deg-degan setengah mati. Tapi begitu musik mulai dan aku masuk dalam gerakan, semuanya ngalir. Dan setelah selesai, aku lihat ada orang tua murid yang berdiri dan tepuk tangan sambil bilang, “Itu tarian yang bikin saya ingat kampung halaman.”
Duh, meleleh rasanya. Dan dari situ aku sadar, kadang satu gerakan bisa menyentuh memori paling dalam seseorang.
Tari Alang Babega di Mata Dunia
Meski belum seterkenal tari Kecak atau Saman, Tari Alang Babega mulai mendapat tempat di dunia internasional. Beberapa festival budaya internasional di Jepang dan Eropa sudah menampilkan tarian ini. Bahkan di 2023 lalu, sekelompok mahasiswa Indonesia membawakan Tari Alang Babega di Festival Budaya Asia di Korea Selatan. Tarian ini langsung dapet perhatian karena gerakannya unik dan penuh makna.
Dan menurutku, justru sekarang saatnya kita mengangkat tarian ini lebih tinggi. Lewat media sosial, YouTube, atau bahkan TikTok, kenapa nggak?
Bayangin aja, konten dance yang meaningful seperti ini pasti beda banget efeknya. Bukan cuma viral, tapi juga bikin orang belajar tentang budaya kita.
Melestarikan Bukan Cuma dengan Menari, Tapi Menghargai
Aku bukan penari profesional. Tapi setelah mengenal Tari Alang Babega, aku sadar bahwa melestarikan budaya bisa dimulai dari rasa ingin tahu, lalu berubah jadi cinta, dan akhirnya jadi aksi nyata.
Mau itu belajar gerakannya, cerita ke anak-anak, bikin konten tentangnya, atau sekadar share video penampilannya—semuanya berkontribusi.
Dan buat kamu yang baca ini, mungkin sekarang belum tertarik. Tapi kalau suatu hari kamu lihat seseorang menari seperti burung elang yang bebas, tenang, dan anggun—mungkin, kamu akan merasa seperti aku waktu pertama kali melihat Tari Alang Babega: terpesona dan tersentuh.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Tortor Sipitu Cawan: Keindahan, Makna, dan Peran Generasi Muda disini