Peningkatan Kursus Online, dulu saya termasuk orang yang meremehkan kursus online. Buat saya, belajar itu ya harus tatap muka. Duduk di kelas, buka buku, dan diskusi langsung. Peningkatan Kursus Online cuma buat orang yang malas keluar rumah—itu yang saya pikir.
Saya pernah coba daftar kursus online gratisan di sebuah platform internasional. Tapi setelah dua minggu? Ya udah, gak pernah dibuka lagi.
Saya anggap Peningkatan Kursus Online itu asal-asalan, gak bisa fokus, dan ujung-ujungnya lupa sendiri.
Tapi itu dulu. Semua berubah sejak pandemi datang, dan hidup saya—seperti jutaan orang lain—bergeser ke layar laptop sepenuhnya.
Awalnya Saya Merasa Peningkatan Kursus Online Itu Tidak Serius
Pandemi Mengubah Semuanya
Ketika kantor tutup, kampus tutup, dan semua kegiatan dipaksa online, saya gak punya pilihan selain mencoba kembali dunia kursus online. Awalnya karena tuntutan kerja—HR menyarankan ambil pelatihan manajemen waktu.
Saya ikut. Kali ini niat.
Dan ternyata… beda banget dari pengalaman pertama.
Platformnya interaktif, materinya rapi, ada video pendek, quiz cepat, dan forum diskusi. Saya bahkan bisa tanya langsung ke instruktur lewat Zoom mingguan.
Dan pelan-pelan, saya mulai ketagihan dikutip dari laman resmi kemnaker.
Alasan Kenapa Peningkatan Kursus Online Meningkat Pesat
Setelah ikut beberapa kelas lagi—dari UI/UX, copywriting, hingga manajemen keuangan—saya mulai paham kenapa Peningkatan Kursus Online naik daun banget.
1. Fleksibel
Belajar bisa dari mana saja, kapan saja. Mau jam 11 malam atau subuh? Bebas.
2. Biaya Terjangkau
Banyak kursus online lebih murah dibanding kuliah atau pelatihan konvensional. Bahkan beberapa gratis tapi kualitasnya bagus.
3. Update Cepat
Materi online bisa diperbarui real-time. Gak harus nunggu tahun ajaran baru. Apalagi di bidang teknologi, ini penting banget.
4. Akses ke Instruktur Global
Saya pernah ikut kursus SEO langsung dari mentor yang tinggal di San Francisco. Dulu mana kepikiran bisa belajar dari orang sejauh itu?
Statistik Menunjukkan Peningkatan Tajam
Saya bukan cuma berasumsi. Data mendukung.
Menurut Google Trends, pencarian untuk kata “online course” melonjak lebih dari 300% sejak 2020.
Laporan dari Global Market Insights juga menyebut:
Nilai pasar e-learning global mencapai lebih dari USD 315 miliar pada 2023.
Di Indonesia sendiri, pengguna platform belajar online meningkat 2 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.
Sektor yang paling diminati: teknologi informasi, desain digital, dan kewirausahaan.
Tantangan yang Saya Hadapi (dan Cara Mengatasinya)
Tentu Peningkatan Kursus Online nggak semuanya mulus.
Saya juga pernah:
Tertipu iklan berlebihan. Kursus janji bisa “jadi ahli dalam 7 hari” padahal isinya cuma slide biasa.
Bosannya bukan main. Kalau instruktur monoton, rasanya pengen tutup tab langsung.
Overload informasi. Ada 100 kursus di wishlist tapi gak ada waktu buat satu pun.
Lalu saya mulai atur ulang strategi:
Buat jadwal belajar tetap. Seperti jadwal gym, saya luangkan waktu 1 jam per hari khusus kursus.
Prioritaskan kualitas, bukan kuantitas. Lebih baik satu kursus tuntas, daripada lima tapi gak ada yang kelar.
Pilih platform terpercaya. Seperti Coursera, Udemy, Skillshare, Ruangguru, atau HarukaEdu. Banyak yang punya review pengguna.
Transformasi Diri yang Saya Rasakan
Setelah rutin ikut Peningkatan Kursus Online selama lebih dari 1 tahun, saya benar-benar merasakan efeknya:
Saya naik jabatan karena skill baru yang saya pelajari.
Saya bisa freelance di bidang baru yang sebelumnya saya gak punya pengalaman.
Saya jadi lebih percaya diri berbicara, menulis, bahkan memimpin tim.
Yang dulunya saya kira “gak serius”, ternyata bisa mengubah hidup.
Tips Memilih Peningkatan Kursus Online yang Tepat
Kalau kamu baru mulai, ini saran saya agar gak nyasar:
Tentukan tujuanmu dulu. Mau naik skill? Ganti karier? Atau sekadar coba-coba?
Cek kredibilitas instruktur. Lihat profil mereka di LinkedIn, portofolio, atau ulasan pengguna lain.
Perhatikan sertifikasi. Kalau kamu butuh pengakuan resmi, pilih yang terakreditasi atau kerja sama dengan kampus.
Coba kursus gratis dulu. Banyak platform yang kasih trial. Dari situ kamu bisa nilai cocok atau tidak.
Peningkatan Kursus Online untuk Generasi Mana Saja
Dulu saya kira kursus online cuma cocok buat generasi milenial ke atas. Tapi saya salah.
Anak SD sekarang belajar coding online.
Orang tua saya belajar cara main WhatsApp dari video YouTube.
Teman saya yang pensiunan ikut kursus merangkai bunga secara daring.
Artinya? Peningkatan Kursus Online itu buat siapa saja. Tinggal kemauan dan akses.
Harapan Saya: Pemerataan dan Kolaborasi
Saya senang kursus online makin berkembang. Tapi saya juga sadar, belum semua orang punya akses internet yang stabil, apalagi di daerah.
Saya berharap:
Pemerintah dan swasta kerja sama bangun infrastruktur belajar online yang merata.
Kursus daring bukan cuma bisnis, tapi juga jadi gerakan literasi digital.
Lebih banyak materi dalam Bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami semua kalangan.
Penutup: Dari Keraguan ke Kecanduan Positif
Kalau dulu saya diberi pilihan antara belajar online atau langsung, saya akan pilih tatap muka. Tapi sekarang?
Saya akan pilih dua-duanya.
Karena saya percaya, belajar tidak harus dibatasi oleh ruang dan waktu. Selama ada kemauan, layar kecil di tangan kita bisa jadi pintu menuju peluang besar.
Baca Juga Artikel dari: Keamanan Siber: Ketika Akun Saya Diretas Hidup Kacau Total
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Informasi