Ancaman Kekeringan, tiap kali lihat berita soal kekeringan di daerah tandus, gue selalu mikir: “Syukur deh, tinggal di kota, air ngalir terus.” Tapi semua berubah di satu musim kemarau yang gue gak bakal lupa seumur hidup.
Waktu itu, gue tinggal di rumah kontrakan yang airnya ngandelin sumur bor. Musim kemarau makin panjang. Minggu pertama, debit air turun. Minggu kedua, airnya keruh. Minggu ketiga… nggak keluar sama sekali. Bayangin: pagi-pagi mau mandi, air cuma netes kayak air mata mantan pas nonton drama Korea.
Dan dari situ gue ngerasain langsung betapa ancaman kekeringan itu bukan cuma soal lahan kering dan sawah gagal panen. Tapi soal krisis hidup sehari-hari.
Gue Pikir Ancaman KekeringanItu Cuma di TV… Sampai Gue Sendiri Kena
Kekeringan: Ancaman Global yang Udah di Depan Pintu
Gue mulai baca-baca setelah ngalamin itu. Ternyata, menurut data Badan Meteorologi Dunia (WMO) dan FAO, Ancaman Kekeringan akan jadi salah satu bencana lingkungan paling merusak di abad ini. Dampaknya gak cuma ke petani, tapi juga:
Krisis air bersih
Harga pangan naik
Perpindahan penduduk (karena air gak ada)
Penyakit kulit dan sanitasi buruk
Konflik sosial karena rebutan sumber daya
Bahkan di Indonesia sendiri, BNPB mencatat lebih dari 100 kabupaten/kota yang rawan Ancaman Kekeringan ekstrem setiap tahunnya.
Ketika Satu Ember Air Jadi Barang Mewah
Waktu itu, karena pompa kering, kami harus beli air dari mobil tangki keliling. Harganya lumayan: Rp 150 ribu buat 1.000 liter. Sekilas kedengarannya cukup. Tapi kalau satu keluarga isi 5 orang, buat mandi, nyuci, masak — habis dalam 3 hari.
Gue jadi belajar:
Mandi cukup 2 gayung
Cuci baju 3 hari sekali
Siram toilet pakai bekas air wudhu
Dan yang bikin miris, anak-anak tetangga gue harus bolak-balik ke masjid bawa ember cuma buat dapet air bersih. Sesuatu yang sebelumnya kita anggap sepele, sekarang jadi rebutan.
Apa Penyebab Ancaman Kekeringan? Ternyata Bukan Cuaca Doang
Gue kira penyebab kekeringan cuma karena hujan gak turun. Tapi setelah ngobrol sama aktivis lingkungan dan baca jurnal, ternyata:
Alih fungsi lahan: hutan jadi sawit, sawah jadi perumahan.
Over-ekstraksi air tanah: sumur bor tanpa kontrol bikin cadangan air di bawah tanah anjlok.
Sampah plastik dan limbah: merusak resapan dan kualitas air tanah.
Kebakaran hutan: bikin tutupan lahan rusak, tanah makin kering.
Kebiasaan boros air: buka keran tanpa mikir, nyuci motor tiap hari, buang sisa air minum dikutip dari laman resmi BPBD BOGOR.
Dan semua ini? Ulanya manusia juga. Termasuk gue.
Upaya Gue Sendiri: Belajar Hidup Hemat Air
Setelah itu, gue gak bisa balik ke kebiasaan lama. Bahkan sekarang, walau udah pindah ke tempat yang airnya stabil, gue tetap:
Pakai gayung buat mandi, bukan shower
Tampung air hujan pakai ember besar
Air cucian beras gue pakai buat siram tanaman
Pakai sabun dan sampo ramah lingkungan supaya air limbah bisa lebih aman
Gue juga ngajak anak-anak buat ngerti betapa pentingnya satu tetes air. Karena begitu air berhenti mengalir, hidup juga ikut macet.
Kenapa Kita Harus Peduli Mulai Sekarang (Bukan Besok)
Lo mungkin mikir, “Ah, di kota besar kan aman.” Tapi tunggu sampe air PAM berhenti 2 hari karena pemeliharaan. Atau sumur rumah lo kering karena komplek sebelah bikin 10 sumur baru.
Ancaman kekeringan bisa datang kapan aja. Bahkan Jakarta pun pernah krisis air.
Dan perubahan iklim bikin musim makin gak jelas. Musim kemarau bisa datang lebih awal, lebih panjang, dan lebih panas. Kalau kita gak siap, dampaknya lebih parah dari yang kita kira.
Tips Praktis Menghadapi dan Mencegah Ancaman Kekeringan dari Pengalaman Pribadi
Berikut beberapa hal yang bisa lo lakuin sekarang juga:
✅ 1. Ganti Perilaku Boros Air
Mandi cukup, cuci kendaraan seperlunya, dan matikan keran saat gosok gigi. Kedengarannya remeh, tapi efeknya besar kalau dilakukan bersama.
✅ 2. Tampung Air Hujan
Pakai ember besar atau tandon sederhana. Air ini bisa lo pake buat cuci halaman, siram tanaman, atau air darurat.
✅ 3. Tanam Pohon di Halaman
Pohon kecil aja cukup. Tanaman bisa bantu serap air hujan ke tanah dan cegah kekeringan mikro di lingkungan lo.
✅ 4. Hindari Buang Sampah Sembarangan
Sampah plastik nutup saluran dan resapan air. Bikin banjir saat hujan, kekeringan saat kemarau.
✅ 5. Dukung Kampanye Air Bersih
Ikut komunitas, edukasi orang rumah, dan kalau bisa sumbang ke daerah terdampak kekeringan. Lo gak perlu jadi aktivis, cukup jadi warga yang peduli.
Penutup: Kekeringan Bukan Cuma Tentang Air, Tapi Tentang Pilihan
Gue gak pernah nyangka satu musim kemarau bisa bikin gue belajar lebih banyak soal hidup. Soal syukur. Soal bertahan. Dan soal tanggung jawab kita sebagai manusia.
Karena air itu bukan cuma kebutuhan. Tapi hak dasar.
Dan kalau kita terus egois soal cara kita pakai air hari ini, generasi setelah kita bisa jadi gak sempat tahu rasanya main hujan atau nyalain keran tanpa cemas.
Ancaman Kekeringan itu bukan cuma soal tanah retak dan sumur kering. Tapi soal ketidaksiapan manusia menghadapi perubahan yang mereka ciptakan sendiri.
Baca Juga Artikel dari: Peningkatan Kursus Online: Dari Skeptis ke Pecandu Belajar Digital
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: News