Gue masih inget pertama kali nyobain rawon setan di tengah malam. Awalnya takut karena namanya serem amat, tapi begitu kuah hitamnya nyentuh lidah, duh… langsung ketagihan.
Kuliner Surabaya tuh punya ciri khas yang gak main-main: rasa yang kuat, bumbu yang ‘nendang’, dan porsi yang ngenyangin. Nih beberapa contoh makanan yang menurut gue wajib banget lo coba:
Rawon Setan: Kuah hitamnya dari kluwek, biasanya disajiin sama nasi putih, tauge, sambal, dan kerupuk udang. Lokasi legendaris: Rawon Setan Embong Malang.
Lontong Balap: Campuran lontong, lentho, tauge, kuah gurih, dan sambal. Favorit gue ada di kawasan Kranggan.
Sate Klopo: Ini bukan sate biasa. Dagingnya dibumbui kelapa parut sebelum dibakar. Teksturnya beda, gurih banget. Cobain di Sate Klopo Ondomohen.
Tahu Tek: Campuran tahu goreng, lontong, kentang, telur, tauge, disiram bumbu petis. Agak chaos di piring, tapi rasanya? Pecah!
Rujak Cingur: Ini makanan unik yang cuma ada di Jawa Timur. Ada irisan cingur sapi (hidung sapi), disiram bumbu rujak petis, dan dicampur sayur. Gue tahu ini bukan buat semua orang, tapi coba deh dulu.
Yang bikin makanan ini spesial itu bukan cuma rasanya, tapi juga suasananya. Makan rawon tengah malam di warung tenda pinggir jalan itu pengalaman tersendiri. Bukan cuma makan, tapi menikmati Surabaya.
Tempat Favorit Makan Kuliner Surabaya
Gue orangnya suka eksplor tempat Kuliner Surabaya yang gak terlalu hits di Instagram tapi rame sama orang lokal. Karena itu biasanya justru lebih otentik. Berikut beberapa tempat yang menurut gue wajib dikunjungin:
Depot Bu Rudy – Dharmahusada: Nasi sambel udangnya melegenda. Pedasnya nyengat, tapi bikin nagih.
Warung Rawon Setan – Embong Malang: Meskipun ramai dan antre, rasanya memang layak. Kuahnya itu loh, dalam banget rasanya.
Lontong Balap Pak Gendut – Kranggan: Rasanya stabil dari dulu. Plus lenthonya itu loh, renyahnya dapet.
Sate Klopo Ondomohen – Jalan Walikota Mustajab: Hati-hati, bisa ngantri panjang. Tapi begitu dapet, semua capek hilang.
Tahu Tek Pak Jayen – Dinoyo: Salah satu tahu tek paling laris. Sambal petisnya kuat banget tapi masih balance.
Gue juga suka jalan-jalan ke Pasar Atom dan cari cemilan legendaris kayak kue moho, kue lumpur, atau jenang. Bahkan kadang gue pulang bawa oleh-oleh lebih banyak dari koper baju, serius.
Kenapa Kuliner Surabaya Itu Lezat Banget?
Pertama-tama, rahasianya ada di bumbu. Banyak kuliner Surabaya pakai rempah lengkap dan gak pelit sama santan, petis, atau kluwek. Mereka gak takut buat bikin rasa yang bold.
Kedua, teknik masaknya. Dari kecil orang sana diajarin cara goreng, tumis, atau rebus yang bener-bener diperhatiin sampai tingkat kematangannya. Gak sembarangan.
Dan yang paling gue suka, makanannya tuh jujur. Gak terlalu mikirin plating cantik, tapi lebih ke rasa dan pengalaman. Makanya lo bisa nemu nasi babat yang disajiin di daun pisang, tapi rasa dan aromanya lebih nendang daripada yang disajiin di restoran fancy.
Plus, ada pengaruh budaya Tionghoa, Arab, dan Madura juga. Coba deh makan nasi kebuli kambing di daerah Ampel. Daging empuk, nasi berbumbu, dan sambel yang gak pelit. Itu kan pengaruh Arab banget, tapi digabungin dengan cita rasa lokal.
Daya Tarik Kuliner Surabaya bagi Foodies
Surabaya itu bisa jadi “surga tersembunyi” buat para pecinta Kuliner Surabaya. Kota ini nggak terlalu diekspos kayak Bandung atau Yogyakarta, tapi justru itu yang bikin seru.
Harga makanannya relatif murah, bahkan di pusat kota. Misal, rawon komplit bisa lo dapetin cuma dengan Rp25.000–Rp30.000. Lontong balap? Di bawah Rp20.000.
Ada juga sensasi makan yang gak bisa lo dapetin di kota lain. Kayak makan tahu campur di warung kaki lima sambil denger suara pengamen dan motor lewat. Itu asli atmosfer yang beda.
Kuliner Surabaya juga konsisten. Gue pernah datang ke satu warung setelah 3 tahun, dan rasanya masih sama. Itu yang bikin gue balik terus.
Dan yang paling bikin menarik, banyak hidden gem yang cuma bisa lo temuin lewat rekomendasi mulut ke mulut. Kayak warung mie pedas di gang sempit yang bahkan gak ada di Google Maps. Tapi rame terus.
Review Jujur dari Para Pecinta Kuliner Surabaya
Gue sempet ngobrol culinary juga sama beberapa temen yang doyan makan Kuliner Surabaya, dan rata-rata bilang hal yang sama: Surabaya itu underrated banget sebagai kota kuliner.
Banyak dari mereka gak nyangka makanan kaki limanya punya rasa seheboh itu. Satu temen gue dari Jakarta bahkan bilang dia lebih suka rawon Surabaya daripada soto Betawi.
Ada juga yang bilang, “Kalau ke Surabaya, jangan diet. Gagal pasti.”
Review-review online juga ngedukung. Banyak food vlogger kasih bintang lima buat Depot Bu Rudy, atau review antusias buat Sate Klopo Ondomohen. Beberapa bilang makanannya “earthy”, “authentic”, dan “comfort food banget.”
Tapi ada juga kritik ya, terutama soal tempat makan yang panas dan ramai. Jadi, saran gue: siapin mental dan keringat, tapi jangan ngeluh. Karena yang penting, perut kenyang dan hati senang.
Tips Praktis Menjelajah Kuliner Surabaya & Penutup
Setelah berkali-kali bolak-balik ke Surabaya buat urusan kerja dan (tentu saja) kulineran, gue punya beberapa tips buat lo yang pengen nyicipin makanan legendaris kota ini tanpa kebingungan atau kecewa.
1. Waktu Terbaik: Malam Hari dan Pagi Buta
Kalau lo suka makanan berkuah kayak rawon atau soto, pagi-pagi itu waktu terbaik. Banyak warung buka jam 6 pagi dan habis sebelum jam 9. Kalau pengen nyobain nasi goreng Jawa yang enak, atau sate klopo, coba jalan malam hari sekitar jam 7–10 malam. Suasananya beda banget.
2. Jangan Ragu Masuk Gang
Beberapa Kuliner Surabaya terenak justru bukan di restoran besar, tapi di dalam gang sempit atau pinggir jalan. Gue pernah nemu tahu campur terenak di belakang pasar, gak ada plang, cuma tenda kecil, tapi antreannya luar biasa.
Kalau ragu, tanya warga lokal. Orang Surabaya tuh ramah-ramah dan gak pelit kasih info tempat makan.
3. Siapkan Uang Tunai
Banyak warung legendaris belum terima pembayaran digital. Jadi bawa uang tunai (secukupnya) itu wajib. Jangan sampe udah kenyang, terus bingung karena gak bisa bayar pakai QRIS 😅
4. Bawa Tisu Basah dan Air Minum Sendiri
Beberapa tempat makan kaki lima gak selalu punya fasilitas lengkap. Jadi bawa tisu, hand sanitizer, dan air minum sendiri bisa jadi penyelamat banget.
5. Cicip Sedikit Dulu, Baru All Out
Jangan langsung beli porsi besar di tempat baru. Kadang cocok, kadang enggak. Gue pernah beli rujak cingur porsi jumbo padahal baru pertama kali nyoba. Sayangnya, gue kurang cocok sama petis yang terlalu strong. Jadi, mulai dari porsi kecil buat amannya.
Surabaya, Surga Kuliner yang Layak Dijelajahi
Kalau lo tanya gue kota mana di Indonesia yang punya makanan terenak, jawabannya relatif sih. Tapi kalau lo cari rasa yang berani, otentik, dan bikin ketagihan—Surabaya gak akan mengecewakan.
Setiap makanan di sini punya cerita. Setiap tempat makan punya loyal fans-nya sendiri. Dan yang paling penting, suasana makan di Surabaya itu gak bisa digantiin sama tempat lain.
Jadi, buat lo yang belum pernah kulineran di Surabaya, please deh… masukin ke daftar wajib tahun ini. Dan buat lo yang udah pernah tapi cuma makan di mall—ulang dari awal, ke tempat lokal yang sebenarnya. Lo bakal nemu rasa dan cerita yang beda.
Gue nulis ini bukan cuma karena suka makan, tapi karena gue percaya makanan bisa jadi jembatan budaya. Dan Surabaya, lewat kulinernya, punya banyak banget hal yang bisa dibagi. Mulai dari petis yang khas sampai rawon yang dalam banget rasanya.
So, kapan lo ke Surabaya?
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Bika Ambon: Resep, Bahan Asli, dan Kenapa Kue Ini Jadi Primadona di Dunia Kuliner Indonesia disini